Singing Hatsune Miku Welcome To My Blog: 2013

Rabu, 20 November 2013

my cerpen


Dia Atau Sahabat?


Add caption

Namaku Atikah, umurku 14 tahun. Aku sekolah di 179 dengan 3 sahabatku. Mereka adalah Sanny, Fitri dan Kira. Sudah 2 tahun lebih Aku bersama mereka. Hari  demi hari kita lewati bersama. Suka, duka, gembira, sedih, tertawa kita selalu bersama tanpa ada masalah apapun. Aku selalu bersyukur kepada tuhan karna telah diberikan persahabatan yang seindah ini. Setiap hari kita merajut persahabatan yang indah, yang mungkin jarang orang lain mempunyai persahabatan seperti ini. Namun, semuanya berubah saat salah satu dari kita mulai mengenal cinta dan menjauh.
Senin, Aku terbangun pukul lima pagi. Setelah melakukan kegiatanku yang seperti biasa akupun membereskan buku pelajaran dan bergegas berangkat ke sekolah. Pagi ini matahari mulai menampakan dirinya. Saat disekolah aku bertemu Sanny, kami hanya saling menyapa. Hari ini setelah pulang sekolah aku berkumpul dengan Fitri dan Kira saja, entah kenapa Sanny tidak ikut berkumpul. Mungkin saja dia sedang mengerjakan PR.
2 hari setelah itu kami memang berkumpul lagi, ngobrol seperti biasanya, bercanda tawa. Tapi, seminggu setelah itu Sanny menjauh, Sunny hanya bermain dengan teman barunya. Disitu, kita hanya memaklumi dan berfikir  positif saja.
Esoknya, kita berkumpul bersama lagi. Saat berkumpul, tidak sengaja aku melihat sms di hpnya Sanny, aku baca sms itu. aku baca perlahan-lahan, aku kaget karena orang yang sms Sanny mengajak Sanny untuk pergi berdua. Setelah Sanny sadar, aku langsung pura-pura bermain game saja. Aku hanya memendam kekagetanku dan bersikap seperti biasa.
 Hari-hari aku lalui seperti biasa. Kecuali hari rabu dibulan Oktober. Rabu, ya hari itu. hari yang tidak bisa aku lupakan, kenapa? Karna hari itu hari yang benar-benar tak terduga. Kebetulan dihari itu, aku dan Sanny ada ulangan matematika dan kelas Sanny yang ulangan duluan. Selesai pergantian mata pelajaran, aku pergi ke kelas Sanny dengan temanku. Setelah sampai, aku hanya bertanya ke Sanny “ Bagaimana ulangannya? Apakah ada yang susah? Apa saja yang keluar?” Sanny menjawab dengan nada yang tidak begitu enak “Susah, banyak yang keluar”.
Saat itu Hasna temennya Sanny bertanya padaku bagaimana cara nomer 2, aku melihat soal dan mencoba untuk membantunya. Tapi tiba-tiba Sanny berkata “Bohong! Dia gak tau! Lihat saja mukanya, seperti itu! mana mungkin ia tau!” dengan wajah yang angkuh, dan langsung pergi meninggalkanku. Disitu, aku merasa kecewa, sangat kecewa. Hatiku sakit. Bagaimana tidak? Sahabat yang selama ini selalu aku banggakan berkata seperti itu padaku.
Teng tong teng.. bel istirahat tiba, aku langsung pergi ke taman untuk menceritakan kejadian tadi kepada Fitri dan Kira. Saat menceritakan kejadian itu, aku menangis karna tak sanggup menahan sesak di dakam dadaku. Fitri dan Kira juga ikut sedih, mereka juga merasakan perubahan terhadap Sanny. Akhirnya aku, Fitri dan Kira membuat keputusan yaitu kita jauhi sanny untuk sementara agar ia sadar atas sikapnya.
Hari itu berlalu dengan cepatnya..
Sehari, tiga hari, seminggu Aku melihat perubahan didirinya. Perubahan? Ya, tapi perubahan yang tidak Aku, Fitri dan Kira harapkan. Sanny malah menjauh dari kami, dan kalau ketemu hanya sekedar senyum dan berlalu begitu saja. Aku, Fitri dan Kira sangat kecewa dengan sikap dia yang seperti itu.
Akhirnya setelah pulang sekolah Aku, Fitri dan Kira sepakat untuk membicarakan semuanya. Saat Aku, Fitri dan Kira berkumpul di tempat yang biasa kami kunjungi untuk menumpahkan segalanya, dimulai dari Aku untuk mengeluarkan semua keluh kesahku dengan Sanny kemudian dilanjutkan oleh Kira dan terakhir Fitri. Terakhir Aku bilang kepada fitri dan Wati ‘’Jika ia ingin pergi dan menjauh dari kita, ikhlaskan saja. Mungkin ini lah yang terbaik bagi kita. Sahabat memang tidak selamanya, kadangkala pasti ada saja perpisahan. Walaupun kita baikan lagi itu ibarat dengan kaca pecah walaupun disambung lagi pasti ada bekas retaknya”
Setelah puas dengan mengeluarkan keluh kesah masing-masing, kami berencana untuk segera bicara dengan Sanny tentang tingkah lakunya yang tidak kami sukai. Aku menunggu hari esok dengan  hati yang berdebar-debar, berdebar karna Aku tidak tau apa yang akan terjadi, Aku takut sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi esok. Begitu lama Aku melamun, membayangkan apa yang akan terjadi sampai akhirnya Aku tertidur lelap dibalut dengan bayang-bayang hari esok.
Akhirnya, hari yang Aku tunggupun tiba, hari dimana kami bertiga menumpahkan segala keluh kesah kepada Sanny. Setelah pulang sekolah Kira dan Fitri langsung menuju tempat yang biasa kami kunjungi. Dan tugasku adalah membawa Sanny ketempat itu. ‘’Semoga semuanya berjalan lancar.’’ Batinku.
Teng tong teng.. bel pulang sekolah tiba, Aku segera keluar kelas dan bergi menuju kelas sanny, menunggu Sanny untuk membicarakan sesuatu. Setelah Sanny keluar, aku segera menggenggam tangannya dan mengajak ia ke suatu tempat yang sudah kami rencanakan.
Saat tiba di tempat tersebut, kami merasa saling canggung. Tapi akhirnya, suasana menjadi cair saat salah satu dari kami membuka mulutnya untuk membuka pembicaraan ini. Satu persatu dari kami mulai mengungkapkan isi hati dan kekesalan kami masing-masing kepada Sanny.
Dimulai dari Aku ‘’san, aku ingin berbicara sesuatu.’’
“Silahkan.’’ Jawab Sanny.
‘’San, sebenarnya aku gak suka sikap kamu berubah tambah egois, sombong, dan lebih lebay setelah kamu kenal sama kakak kelas itu. Dia udah banyak ngerubah kamu!! Aku sedih  kamu berubah seperti ini.’’  Lanjut Aku.
“Lebay? lebay kenapa sih? Aku gak lebay. Aku hanya temenan sama dia, gak lebih. Ngerubah gimana? Orang aku masih seperti dulu tuh.” Jawab Sanny.
“Kamu gak merasa lebay? Kamu gak ngerasa berubah sejak kenal orang bodoh itu? hah? apa kamu gak ngerasa banyak yang terbebani sama sikap kamu? Apa kamu ga ngerasa kalo orang itu udah bawa kamu kesikap yang gak baik? Bahkan dia udah ngajarin kamu buat kamu bohong ke orang tuamu sendiri!!” Kata Fitri membentak saking kesalnya menyambar perkataanku sebelum aku menjawab pertanyaan Sanny.
“Iya San, asal kamu tau ya. Kita tuh sebenernya ngawasin kamu dari kejauhan, kita tau kalo misalkan kamu pergi sama cowok itu. Tapi pas kita Tanya ke ibu kamu, ibu kamu malah bilang kalo kamu pergi ke rumah Atikah” kata Kira.
Sanny merasa kesal dan terkucilkan, ia langsung pergi meninggalkan kami. Kami hanya mengelus dada saja dengan kelakuannya. Cukup sabar kami dengan perlakuannya. Setelah itu, kami langsung pulang ke rumah maasing-masing.
Disekolah kami berpas-pasan dengannya, ia cuek dan mengabaikan kami. Begitu juga kami, kami juga cuek dan tidak ingin tau tentangnya. Teman-teman pada bertanya dengan kami ‘’Kenapa tidak berempat lagi? Biasanya  juga kalian selalu berempat.” Mendengar pertanyaan seperti itu kami hanya tersenyum sembari bilang “Tidak apa-apa.”
Sehari, dua hari, seminggu. Sikap Sanny masih seperti itu, bahkan ia sudah tak ingin berkomunikasi dengan kita. Kita cukup cemas dengan tingkah dia yang  kekanak-kanakan. Kita coba mencari informasi tentangnya dan ternyata ia masih saja berkomunikasi dengan cowok itu. kami geram mendengarnya. Saking geramnya, kami mulai menyindir dia. Mulai nyuekin dia, tidak ingin bertatap muka dengannya.
Lama-lama, cowok itu mendekatiku dan meminta untuk kami mendekati Sanny lagi. Aku bilang “Gak!!.” Dengan nada membentak. Setelah itu lama-lama Sanny mendekati kami. Kami tetap diam dan nyuekin dia. Lama-lama ia tidak tahan dengan sikap kami.
Saat kami sedang berkumpul di taman sekolah, ia mendekati kami, yang tadinya kami bercanda tawa berubah menjadi hening dengan kedatangannya Sanny. Sanny langsung membuka mulut dan berkata “Maaf mengganggu kesenangan kalian, aku hana ingin berbicara sesuatu denagn kalian.”
“Apa lagi yang harus dibicarakan? Bukannya semua sudah berakhir? Bukankah kamu sendiri yang ingin seperti ini?’’ jawab Fitri.
“Sudah-sudah. Jangan kebawa emosi dulu Fit. Biarkan Sanny berbicara dulu”
“Aku akui aku salah. Sikapku terlalu egois, kekanak-kanakan. Aku telah melupakan kalian, bersikap seenaknya saja dengan kalian. Aku tau semua itu salah. Tapi satu hal, aku gak bisa ngelak kalau aku memang bohong pada orang tuaku. Karna aku ingin jalan sama cowok itu. aku suka sama dia, aku sayang banget sama dia. Aku gak bisa ngelupain dia. Apa aku salah kalo aku seperti itu? aku gak ingin kehilangan dia. Aku ingin kalian mengerti. Aku mohon, aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku gak kuat sendirian, aku kangen dengan canda tawa kalian” kata Sanny.
“Iya kami tau kamu suka sama dia, tapi seengganya kamu gak bohong sama orang tua kamu dan kamu gak usah terlalu ngarepin dia!’’ jawab Kira.
“Yaudah, sekarang mau kamu apa? Masih tetep berhubungan sama cowok itu atau masih mau bersahabat sama kita. Kalo kamu masih mau bersahabat dengan kita, kamu harus bisa ngejauhin cowok itu. kalo kamu masih mau berhubungan dengan cowok itu, jangan bersahabat dengan kami. Bukannya kami kejam, tapi kami ingin kamu terlalu ngarepin cowok yang udah ngerubah kamu itu. kami ingin merubah kamu kembali kaya dulu lagi!” kata Aku.
“Aku mau dua-duanya! Aku masih mau bersahabat dengan kalian dan aku juga masih mau deket sama cowo itu. Aku gamau jauh dari kalian dan juga gamau jauh dari cowok itu. Aku sayang kalian dan juga cowo itu. Aku gak mau kehilangan kalian dan cowo itu!” Jawab Sanny sembari menutup kedua wajahnya yang mulai memerah dan matanya mulai meneteskan air mata.
“Iya sekarang mau kamu kaya gimana? Mau sama kita lagi? Atau mau sama cowo yang udah ngerubah kamu itu?” kata Fitri masih terbawa emosi.
“Aku ingin dua-duanya. Aku tidak bisa melepas kalian ataupun cowok itu. aku sayang dengannya dan juga dengan kalian. Aku mohon, izinkan aku berkomunikasi dengan dia, aku janji aku tidak akan bertemu dengan dia lagi. Tapi hanya sekedar berkomunikasi.” Tangis Sannypun meledak.
Kami berpikir sejenak. Kami bimbang, diantara harus membiarkannya atau tidak. Kami takut kalau kami membiarkannya ia akan lebih buruk. Akhirnya kami memutuskan untuk membiarkannya. Dengan sangat berat hati kami memperbolehkan ia berkomunikasi dengan cowok itu.
“Baiklah, kami mengizinkan kamu berkomunikasi dengannya tapi jangan terlalu sering dan jangan pernah bertemu cowok itu!” kata Fitri
“Terimakasih, kalian memang yang terbaik. Iyaa, pasti aku akan menepati janjiku” tangisnyapun mereda, berubah menjadi sebuah senyuman yang telah lama tidak terlihat.
Kamipun berpelukan, bahagia sekali rasanya. Masalah ini bisa teselesaikan. Hari-hari kamipun jalani seperti biasa. Kami ngumpul  bersama, bercanda tawa, senang, sedih bersama. Merajut persahabatan seperti dulu. Persahabatan yang lebih indah tentunya.
Tamat
Created by : Atikah Fadhilah